Senin, 01 Maret 2010

STRESS PENGENDARA MOTOR

Kendaraan bermotor yang ada di Indonesia sangat banyak. Dapat kita lihat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan yang lainnya. Selain kota-kota besar banyak juga terdapat kendaraan bermotor di seperti pontianak, manado dan kota-kota lainnya. Pengendara motor ada yang mengikuti aturan lalu lintas namun sebagian besar melanggar peraturan yang telah ada. Buat pengendara yang mematuhi peraturan pemerintah memang tidak menjadi masalah lagi, tapi yang menjadi masalah adalah mereka yang menganggap bahwa “peraturan dibuat untuk dilanggar”, jadi buat apa ada peraturan kalau tidak mau menjalaninya. Kesadaran masyarakat Indonesia tentang ketertiban berkendaraan memang kurang baik, selain berkendaraan masih ada juga yang lainnya. Perilaku bangsa ini harus dirubah untuk menjadi lebih baik lagi dan hal itu dimulai dari diri sendiri. “Jangan menasehati orang lain kalau diri sendiri belum baik”.
Saya akan membicarakan lebih mendalam tentang pengendara yang tidak mempedulikan peraturan lalu lintas. Misalnaya pada saat di persimpangan dan mendapati lampu merah, kita telah mengetahui kalau lampu merah berarti tandanya berhenti, hijau jalan dan kuning artinya hati-hati. Jika pengendara yang sadar akan pertanda tersebut tentu saja dia tidak akan jalan terus melainkan berhenti dan menuggu sampai lampu hijau menyala. Namun bagi sebagian pengendara yang kurang sadar akan menerobos saja, padahal perbuatan itu dapat membahayakan dirinya sendiri dan pengendara yang lain begitu juga dengan pejalan kaki yang ada di situ.
Hal-hal seperti yang di atas dapat menimbulkan stress bagi pengendara sepeda motor. Manuaba (dalam Tarwaka, dkk, 2004) mengemukakan bahwa stress adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dari pengertian stress tersebut dapat kita ketahui bahwa stress itu dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar.
Penyebab Stress Pengendara Motor
Dari pengertian stress di atas telah diketahui bahwa penyebab stress berasal dari diri sendiri dan dari lingkungan, akan dijelaskan sebagai berikut ini:
 Diri sendiri
Menurut Patton (dalam Tarwaka, dkk, 2004) stress yang berasal dari diri sendiri itu mempunyai hubungan dengan kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetic, intelengensia, pendidikan, kebudayaan dll. Untuk pengendara yang umurnya masih belasan tahun tentu lebih tidak sabaran dalam menghadapi sesuatu, misalnya lampu merah yang lebih lama akan membuat mereka merasa gelisa dan cemas sehingga muncul stress. Jika dibanding dengan orang dewasa, ada kesadaran namun tidak dapat kita sebutkan kalau semua orang dewasa telah menyadari tentang kewajiban mereka dalam berlalu lintas ada sebagian yang masih melanggar peraturan lalu lintas. Tapi tingkat stress berbeda dalam tingkatan umur, karena remaja emosionalnya belum stabil dibanding dengan orang dewasa, maka dari itu dibuat aturan yang diijinkan mengendara umurnya minimal 17 tahun tapi ada sebagian yang umurnya dibawah 17 tahun sudah mengendarai motor. Begitu juga dengan jenis kelamin, tingkat stress antara perempuan dan laki-laki berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena berbagai macam masalah yang dihadapi oleh masing-masing individu. Misalnya seorang laki-laki yang mempunyai masalah dengan menejernya di kantor atau karena hal yang lain, lalu pada saat di jalan mengalami kemacetan tentu akan membuat dia lebih stress lagi dan begitu juga dengan perempuan.
Bagi mereka yang temperamental akan semakin cepat menimbulkan stress, karena tentu saja tingkat emosionalnya berbeda. Apalagi terjadi kemacetan yang panjang akan semakin meningkatkan stress. Dan begitu juga dengan yang lainnya.
 Lingkungan
1) Panas
Jalan adalah tempat yang tidak terlindungi dari teriknya sinar matahari jadi pengendara dapat mengalami tekanan panas. Keadaan panas tubuh akan memberikan reaksi secara otomatis untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dari dalam tubuh. Grandjean (dalam Tarwaka, dkk, 2004) memberikan batas toleransi suhu tinggi sebesar 35-40°C, jika suhu yang melebihi kisaran tersebut maka akan membuat pengendara merasa gerah dan dapat menjadi stress sehingga cepat marah. Apalagi jika ditambah dengan kemacetan atau terjadi suatu kecelakaan yang tentu saja menyebabkan jalan menjadi macet sehinngga akan semakin lama terkena sinar matahari.
Pengaruh fisiologis akibat tekanan panas yang dijabarkan oleh Pulat (dalam Tarwaka, dkk, 2004) bahwa reaksi fisiologis tubuh (Heat Strain) karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah; vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, suhu inti tubuh pada awalnya turun kemudian meningkat, dll.
2) Kebisingan
Pengertian kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar (WHS, dalam Tarwaka, dkk, 2004). Sumber kebisingan di jalanan adalah bersumber dari kendaraan sendiri, sebagaian masyarakat sering menganti knalpot standar dengan knalpot racing yang membuat kebisingan. Kebisingan sebelum menyebabkan gangguan pendengaran terlebih dahulu menyebabkan stress, karena suara yang tidak enak didengar dan bunyi yang menyakitkan telinga. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan menurut Mentri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999 yang merupakan pembaharuan dari Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1978 (dalam Tarwaka, dkk, 2004), besarnya adalah 85 dB(A). Jika suara atau bunyi yang melebihi itu akan dapat mengakibatkan cacat parmanen yaitu ketulian.
3) Gas buang kendaraan
Banyak pengendara yang kurang memperhatikan buangan gas dari knalpot kendaraan mereka hingga mengeluarkan asap hitam pekat. Gas buangan motor yang tidak terlihat saja kandungan bahan berbahayanya banyak apalagi yang dapat dilihat dengan mata dan dapat dicium, jelas lebih banyak lagi. Asap ini menyebabkan gangguan pernafasan dan penglihatan, karena gangguan in menyebabkan terjadinya stress. Kandungan gas yang dikeluarkan knalpot adalah, karbon monosida (CO), nitrogen oksida (NO), sulfur oksida (SO) dan bahkan timbal (Pb). CO yang terikat dalam darah terutama haemoglobin akan menghambat fungsi oksigen dalam sirkulasi. Pada konsentrasi tinggi CO dapat menyebabkan kematian, NO dapat menyebabkan iritasi pada mata dan saluran pernafasan. Pb adalah bahan karsinogen yang dapat menyebabkan kanker.
Pangendalian
Stress yang terjadi pada pengendara motor dapat dikurangi atau dikendalikan dengan beberapa cara seperti dibawah ini:
1. Pengendalian Suhu Panas
Untuk suhu panas di jalan memang sedikit sulit dikendalikan karena tempat yang memang tidak mempunyai pelindung (jalan raya). Tapi dapat melakukan pengaturan waktu, pengaturan yang dimaksudkan itu adalah jalan pada waktu siang hari (pada saat matahari sangat panas) dapat lancar tanpa terjadi kemacetan dan waktu lampu merah tidak begitu lama, selain itu dapat mengenakan pakaian yang dapat menutupi tubuh secara sempurnah. Namun ada kendala yaitu pada saat siang hari juga para pelajar dari semua tingkatan pulang. Sehingga akan meningkatkan jumlah pengendara yang berada di jalan raya. Hal ini membuat kemacetan dan tentu akan sulit untuk menurunkan tingkat stress.
2. Pengendalian Kebisingan
Pengurangan kebisingan biasanya dilakukan dengan cara menjauhkan sumber kebisingan dengan manusia, namun karena sulit memisahkan sumber bunyi dengan manusia maka dilakukan pemasangan peredam pada mesinnya. Hal ini telah dilakukan pada knalpot standar tapi bagi knalpot racing tentu tidak. Karena bunyi yang besar berarti tenaga yang dikeluarkan oleh mesin juga besar.
3. Pendalian buangan gas motor
Hasil pembakaran motor memang tidak dapat dihilangkan tapi dapat dikurangi (meminimalisir) dampak yang akan dimunculkan. Pengendalian teknik dapat dilakukan dengan pemeriksaan knalpot atau melakukan pengujian emisi pada kendaraan. Hal ini telah dilakukan oleh Pemerintah dengan tujuan untuk mengurangi keluaran gas-gas yang berbahaya bagi manusia dan mahluk lainnya. Selain melakukan pengujian emisi, knalpot yang sudah tidak layak dipakai dapat diganti dengan yang baru. Keadaan knalpot yang baik tentu mengeluarkan gas buang yang jumlahnya kecil jika dibandingkan dengan keadaan knalpot yang sudah tidak bagus lagi. Selain melakukan uji emisi dapat juga ditanami tumbuhan di sepanjang jalan, kita telah mengetahui bahwa tumbuhan mengikat CO2 dan mengeluarkan O2 yang dibutuhkan oleh manusia dalam proses pernafasan. Jika sistem pernafasan berjalan dengan baik maka peredaran darah akan berjalan dengan baik pula jadi ketegangan yang menyebabkan stress akan berkurang.
Pengendalian yang dijelaskan ada yang sulit dilakukan dan ada yang mudah. Tapi semua itu bertujuan untuk mengurangi tingkat stress bagi pengendara motor. Semua orang tentu menpunyai masalah masing-masing dan itu telah membuat stress dan jika ditambah dengan stress yang terjadi di jalanan akan semakin menigkatkan, stress dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan yang jelas tidak menyenangkan dan tidak diinginkan oleh siapa pun maka dari itu kita harus memulai dari diri kita sendiri.

Referensi
Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar